Suatu sore, ada seorang mahasiswa berjalan mondar-mandir di depan sebuah restoran. Saat pengunjung di restoran tersebut sudah agak sepi, dengan segan dan malu-malu, pemuda itu masuk ke dalamnya.
"Tolong sajikan saya sepiring nasi putih," kata si pemuda dengan kepala menunduk.
Sepasang suami-isteri muda pemilik restoran, memperhatikan pemuda yang hanya meminta sepiring nasi putih dan tidak memesan lauk apapun. Suami-isteri itupun menghidangkan sepiring nasi putih untuk si pemuda.
Ketika pemuda tersebut membayar nasi putih yang dipesannya, dia berkata dengan pelan, "Dapatkah menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?"
Isteri pemilik restoran berkata sambil tersenyum, "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sebelum habis makannya, pemuda ini berpikir: "Ah, kuah sayur gratis." Lalu memesan sepiring lagi nasi putih lagi.
"Sepiring tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak
lagi nasinya," ujar pasangan suami-isteri pemilik rumah makan itu sembari tersenyum ramah.
"Bukan, nasi putih yang ini akan saya bawa pulang, untuk bekal ke sekolah besok, lumayan untuk makan siang saya!"
Mendengar perkataan pemuda itu, suami-isteri pemilik restoran berpikir si pemuda ini tentu dari keluarga miskin dan demi menuntut ilmu datang ke kota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai di situ si suami pemilik restoran lalu menaruh sepotong daging dendeng dan sebutir telur yang disembunyikan di bawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut. Sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikannya kepada pemuda tersebut.
“Kenapa daging dendeng dan telur disembunyikan di bawah nasi?” Tanya sang isteri pemilik restoran. Suaminya berbisik, “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di atas nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung dan dia tidak akan datang lagi."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang, masih menjaga harga dirinya pula,” ujar si isteri.
Setiba di rumah, saat mengetahui apa yang ada di bawah nasi putih pesanannya, sepasang mata pemuda itu pun berkaca-kaca terharu. Sejak saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke restoran tersebut, dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari. Hingga pemuda ini menyelesaikan kuliahnya, selama 20 tahun si pemuda pun menghilang, tidak pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami-isteri pemilik restoran itu berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan surat bahwa tempat usaha mereka harus digusur.
Pada saat itu, masuk seorang pemuda tampan. "Apa kabar? Saya diperintahkan oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami. Tak perlu khawatir, perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian hanya perlu membawa koki, keuntungannya akan dibagi dua dengan perusahaan."
"Siapa direktur perusahaan kamu? Mengapa begitu baik terhadap kami?" Tanya suami-isteri itu dengan heran.
"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."
Ah, rupanya pemuda yang dahulu hanya memakan sepiring nasi putih ini akhirnya muncul dan sukses membangun kerajaan bisnisnya hingga menjadi seorang direktur yang sukses.
Sang direktur itu merasa kesuksesannya saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami-isteri tersebut. Jika mereka tidak membantunya, dia tidak mungkin dapat menyelesaikan kuliah dan menjadi sesukses sekarang. Begitulah, ada ubi ada talas. Ada budi, ada balas.
Siapa menabur angin dia boleh menuai badai
BalasHapus