Inspira

Inspirasi dan refleksi untuk integritas diri

Kamis, 08 Desember 2011

Elang dan Kalkun

    Jaman dulu, Elang dan Kalkun adalah dua hewan yang saling bersahabat. Kemana pun mereka pergi dan apapun yang mereka lakukan selalu dilakukan bersama. Suatu hari, keduanya asyik  terbang mengarungi angkasa.
    “Bagaimana jika kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perutku sudah keroncongan nih!” kata Kalkun kepada Elang.     “Wah, ide yang bagus tuh!” sambut Elang dengan wajah sumringah.
Akhirnya kedua hewan tersebut pun turun ke bumi. Melihat ada sekumpulan hewan lainnya tengah makan, mereka ikut bergabung. Keduanya mendekati seekor sapi yang tengah asyik makan jagung. “Selamat datang, silahkan cicipi jagung manis ini,” kata Sapi. Kedua hewan itu terkejut mendengar ajakan Sapi. Rupanya mereka tidak terbiasa berbagi makanan dengan hewan lain.
“Mengapa kamu bersedia membagi jagung yang kau makan dengan kami?” Tanya Elang. Sapi menjawab,”Oh, kami punya banyak makanan di sini. Tuan Petani selalu selalu memberikan apapun yang kami inginkan,” jawab Sapi, membuat Kalkun menelan ludah. “Ya, Petani itu menanam sendiri semua makanan ini. Kami tak harus bekerja untuk mendapatkannya,” lanjut Sapi lagi.



Bertambah bingung Kalkun mendengar uraian Sapi. “Maksud kamu, Petani memberikan padamu semua yang kamu inginkan?” tanyanya. “Tepat sekali!” kata Sapi. “Bahkan dia juga memberikan kami tempat tinggal,” tegas Sapi. Wah, bukan main syok-nya Elang dan Kalkun mendengar penuturan Sapi. Bagaimana tidak, selama ini mereka selalu bekerja keras demi makanan dan tempat bernaung.
Saat akan meninggalkan bumi, Kalkun dan Elang pun membicarakan apa yang telah dikatakan Sapi. “Mungkin kita harus tinggal di sini agar bisa mendapatkan semua makanan dan naungan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Lagi pula aku sudah lelah selalu bekerja keras untuk hidup,” kata Kalkun.


Mendengar penuturan Kalkun yang demikian, Elang pun goyah namun kemudia dia berujar, “Memang sulit dipercaya, bahwa ada yang bisa mendapatkan sesuatu tanpa membayar atau memberikan imbalan. Sebenarnya aku lebih suka terbang bebas mengarungi langit luas serta bekerja untuk mencari makanan. Bagiku itu tidaklah terlalu buruk justru merupakan tantangan yang menarik,” ujar Elang.
Akhirnya Kalkun memutuskan tinggal bersama Tuan Petani sementara Elang memilih untuk terbang bebas. Rupanya Elang lebih menyukai kemerdekaannya ketimbang menyerah begitu saja pada keadaan. Kalkun menikmati hari-harinya yang penuh dengan kemewahan. Tanpa perlu bekerja, dia melahap semua makanan yang disediakan Tuan Petani. Kalkun tumbuh menjadi hewan yang gemuk dan malas. Hingga tiba saatnya, Kalkun mendengar isteri Tuan Petani akan merayakan pernikahan puteri tunggalnya yang cantik. “Ah, alangkah indahnya jika ada hidangan seekor Kalkun panggang untuk makan malam saat pesta pernikahan anak kita,” ujar isteri Tuan Petani. Tubuh Kalkun bergetar kala mendengar perkataan isteri Tuan Petani.
Panik, Kalkun mulai mencari waktu untuk kabur dari kediaman Petani. Diam-diam dia mulai mengepakan sayapnya. Dia berusaha untuk terbang. Namun tubuhnya yang telah tumbuh membesar membuatnya sulit bergerak. Akhirnya, pada pesta pernikahan puterinya, Tuan Petani bersama keluarga dan sanak saudaranya berpesta pora menyantap panggang daging kalkun yang gemuk itu.
Begitulah, saat kita menyerah pada tantangan hidup dan mencari rasa aman dengan menyerahkan kemerdekaan kepada pihak lain, maka ketika segalanya berlalu dan tak ada lagi kesempatan, kita hanya dapat menyesali diri. Ingatlah selalu pada pepatah “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus!”
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar