Inspira

Inspirasi dan refleksi untuk integritas diri

Jumat, 09 Desember 2011

Kota yang Bersahabat



Mungkin Anda pernah mendengar cerita tentang pengalaman beberapa orang yang ‘bingung’ atau terkaget-kaget kala bertandang, entah itu berwisata atau untuk urusan bisnis di negeri orang.


Ada cerita seorang Indonesia yang terheran-heran saat berada di Los Angeles, California, AS. “Ketika saya menghentikan bus, kok bus-nya tidak mau berhenti?” tanyanya. Dalam benak orang Indonesia itu, kalau di Jakarta bisa menghentikan bus di mana saja. Dan dengan ‘baik hati’ sang sopir bus akan segera menghentikan kendaraannya. Tapi di LA ini ternyata berbeda. Si Sopir bus malah mengacungkan tangannya seraya menunjuk ke arah lain. Betapa malu-nya orang Indonesia itu. Ternyata, naik bus saja di LA ada aturannya. Dan itu harus ditaati jika kita tak mau ditinggal oleh bus yang akan kita naiki.
Lain lagi cerita orang Indonesia yang tengah jalan-jalan di sebuah mal yang ada di Tokyo, Jepang. Dengan penuh kegembiraan, orang Indonesia itu naik eskalator yang tidak digunakan oleh pengunjung lain. Pikirnya, daripada tidak dipakai! Belakangan diketahui, eskalator tersebut diperuntukkan bagi mereka yang ingin berjalan terburu-buru. Pantes sepi….! Banyak cerita unik dan menarik yang akan kita dapat saat jalan-jalan di negeri orang. Seperti di Singapura, Kuala Lumpur, dan beberapa kota lain yang lebih beradab.
            Kota yang lebih beradab? Duh, lalu bagaimana dengan kota kita sendiri? Bagaimana dengan Jakarta, sebagai ibukota negeri ini? Sudah patutkah disebut sebagai kota yang beradab seperti kota-kota besar lainnya di dunia?
Malu juga, mengaku sebagai warga kota tapi perbuatannya tidak mencerminkan sebagai orang kota; pengamen, pengemis, pengasong, bebas ‘mejeng’ di tengah jalan raya, banyak dari kita yang buang sampah di sembarang tempat, naik bus tidak pada tempatnya, merokok di sembarang tempat, menerobos antrian atau parkir di sembarang tempat; menyogok polisi, dan sebagainya.
Jangankan bicara tentang pariwisata, tentang keinginan menjaring turis dari negeri tetangga singgah ke Jakarta. Anda sendiri pun mungkin akan geleng-geleng kepala sambil mengelus dada, jika berjalan-jalan ‘menikmati’ hiruk pikuk dan semrawutnya Jakarta dan seisinya.
Harus diakui, kita memang perlu banyak belajar menjadi warga kota yang bijak, terdidik, disiplin, bertanggung jawab, dan ramah. Menjadi warga kota yang bijak, sesungguhnya mudah, tetapi ini butuh proses yang sangat panjang. Bila belajar dari Singapura, Tokyo, Los Angeles, dan kota-kota dunia lain yang beradab, para pemimpinnya memiliki cara-cara yang berbeda, namun mempunyai satu tujuan yakni bagaimana menjadikan setiap individu menjadi warga kota yang bijak.
Menurut Kevin Lynch, arsitek MIT yang melakukan riset “Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota” di empat kota dunia pada tahun 1971, bahwa “anak-anak mengharapkan kotanya mempunyai lingkungan fisik dan sosial yang kuat, kotanya mempunyai aturan dan dijalankan secara tegas, dan kotanya menjadi pusat pendidikan untuk mengetahui dunianya”. Hasil penelitian Lynch yang kemudian menjadi acuan Unicef dan UNHABITAT dalam memperkenalkan kosep Child Friendly City Initiative, suatu konsep yang bertujuan untuk menjadikan kota ramah terhadap anak. Artinya, anak sebagai warga kota, suaranya mewarnai dalam proses pembuatan kebijakan, program, pelaksanaan, dan pemantauan.
Di Indonesia konsep ini diadaptasi menjadi “Konsep Kota/Kabupaten Layak Anak” yang tertuang dalam Rencana PembangunanNasional  Jangka Menengah 2010-2014 yang akan direncanakan terimplementasi di 100 kabupaten/kota pada tahun 2014. Kita tidak pernah menyangka bahwa “Pendapat Anak Mengenai Kota” yang diungkap oleh Lynch membawa perubahan di berbagai kota yang ada dibelahan dunia. Sebut saja Singapura. Lee Kwan Yew, semasa menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura mengawali pembangunan Kota Singapura berfokus pada anak. Beliau beralasan bahwa “Memberi tahu sesuatu pada anak lebih mudah daripada orang dewasa”. Apalagi awal-awal kemerdekaan warga Singapura sangat jorok, buang sampah, meludah, dan pipis di sembarangan tempat. Perilaku ini semua berubah setelah Lee menanamkan nilai-nilai kebajikan pada anak-anak. Selain membuat kebijakan dan penegakan hukum yang tegas. Hasilnya, warga Singapura berubah menjadi “Warga yang Bijak”.
Begitu juga dengan Tokyo, Seoul, dan kota-kota lain di dunia mengikuti apa yang disampaikan oleh anak-anak melalui Lynch. Bagaimana dengan Jakarta?






Jangan Tunggu Hingga Akhir Waktu


 Ada seorang lelaki yang tak pernah mau mengucap kata maaf saat dirinya melakukan kesalahan. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf. "Tidak apa-apa, besok kan bisa," katanya.
Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Pemuda itu bertemu seorang gadis yang sangat cantik dan baik hati. Gadis ini kemudian menjadi pacarnya. Namun pemuda itu begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Dia tidak pernah lagi menghubungi teman-temannya. "Ah, aku capek, besok saja aku hubungi mereka."
Waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya. Setelah dia menikah dan memiliki anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk isterinya, atau pun mengingat hari ulang tahun isterinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena isterinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.
Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada isterinya "Aku cinta kamu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya."
Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya. Suatu hari, kemalangan datang ketika isterinya tewas dalam kecelakaan. Sang isteri tewas ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat isterinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata "Aku cinta kamu", isterinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya.
Tapi, dia baru sadar bahwa anak anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya. Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Kini, tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka. Saat mulai renta, dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi berkeliling dunia bersama isterinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut.
Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, "Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu...." Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, dia meninggal dunia dengan airmata di pipinya.
Waktu tak pernah berhenti. Jadi jika Anda bertengkar, segera berbaikanlah! Jika ingin mendengar suara temanmu, jangan ragu-ragu untuk segera meneleponnya. Jika Anda merasa ingin mengatakan pada seseorang bahwa Anda menyayanginya, jangan tunggu sampai terlambat.

Kamis, 08 Desember 2011

“Aku Potong……!”


Ini adalah kisah tragis, dimana sebuah keluarga dalam satu hari kehilangan dua orang anaknya! Seorang anak mati kehabisan darah dan yang satunya, mati terlindas mobil! Anda pasti bertanya-tanya, mengapa itu semua bisa terjadi?
Semuanya bermula dari sebuah keluarga bahagia dengan dua orang anak. Si bungsu adalah seorang anak laki-laki berumur 3 tahun dan yang sulung seorang anak perempuan berumur 5 tahun. Keluarga tersebut mempunyai seorang pembantu yang bekerja dan tinggal di rumah mereka.
Setiap keluarga di dunia ini pasti mempunyai cara-cara tertentu yang menjadi kebiasaan dalam memberikan pengertian kepada anak-anak mereka, entah itu dalam hal tindakan, contoh-contoh atau ucapan-ucapan, terutama saat memberikan "ancaman" agar menghentikan perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki.
Di keluarga ini, sang anak, baik si bungsu dan si sulung, kerap kali pipis di tempat tidur, alias mengompol. Setiap kali ada anak-anaknya yang mengompol, setiap kali pula, orangtua mereka yang dibalut lelah setelah seharian disibukan dengan segala pekerjaan, memarahi anak-anak mereka. 
Suatu hari si bungsu, anak laki-laki yang berusia 3 tahun kembali ngompol. Tak terasa, terlontarlah kata-kata kasar dari mulut orangtuanya, “Kalau ngompol terus, nanti dipotong titit-nya!!” Dan tanpa disadari, kata-kata umpatan itu direkam dan diikuti oleh sang pembantu di keluarga tersebut. Sang kakak, yang lebih besar, hampir setiap hari mendengar umpatan dan makian seperti itu.
Suatu ketika, pembantu di rumah itu pergi sebentar membeli sesuatu dan meninggalkan ke dua  anak majikannya di rumah. Si bungsu ditinggalkan dalam keadaan tertidur. Ketika si adik mengompol dalam tidurnya, Si kakak seketika mengambil pisau dan memotong titit si adik. Akibatnya darah segar mengucur tidak ada henti dari titit adiknya. Saat si pembantu datang, dan mengetahui hal ini maka bukan main shocknya ia!
Ia segera melaporkan kejadian ini kepada majikannya. Sementara si kakak, karena takut dimarahi, segera berlari dan bersembunyi. Ketika orangtua kedua anak tersebut melihat kondisi si bungsu, dengan darah berhamburan kemana-mana, maka paniklah mereka!
Saat itu tidak ada satupun urusan di muka bumi ini yang hendak dilakukan pasangan suami isteri itu kecuali segera membawa si bungsu ke rumah sakit! Dengan segera ia mengambil kunci mobil dan mengangkat si bungsu ke dalam mobilnya, menghidupkan mobil dan segera tancap gas untuk dibawa ke rumah sakit. Sungguh mengenaskan, si kakak yang sangat ketakutan atas perbuatannya, saat itu, justru tengah bersembunyi di kolong mobil! Maka, terlindaslah ia dan mati seketika itu juga!
Begitulah, hanya karena terlalu mudah mengeluarkan kata-kata makian kepada anak-anaknya, maka kedua buah hati mereka pun pergi dengan cara yang persis sama seperti apa yang biasa mereka ucapkan kala memarahi kedua buah hati mereka.   

Elang dan Kalkun

    Jaman dulu, Elang dan Kalkun adalah dua hewan yang saling bersahabat. Kemana pun mereka pergi dan apapun yang mereka lakukan selalu dilakukan bersama. Suatu hari, keduanya asyik  terbang mengarungi angkasa.
    “Bagaimana jika kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perutku sudah keroncongan nih!” kata Kalkun kepada Elang.     “Wah, ide yang bagus tuh!” sambut Elang dengan wajah sumringah.
Akhirnya kedua hewan tersebut pun turun ke bumi. Melihat ada sekumpulan hewan lainnya tengah makan, mereka ikut bergabung. Keduanya mendekati seekor sapi yang tengah asyik makan jagung. “Selamat datang, silahkan cicipi jagung manis ini,” kata Sapi. Kedua hewan itu terkejut mendengar ajakan Sapi. Rupanya mereka tidak terbiasa berbagi makanan dengan hewan lain.
“Mengapa kamu bersedia membagi jagung yang kau makan dengan kami?” Tanya Elang. Sapi menjawab,”Oh, kami punya banyak makanan di sini. Tuan Petani selalu selalu memberikan apapun yang kami inginkan,” jawab Sapi, membuat Kalkun menelan ludah. “Ya, Petani itu menanam sendiri semua makanan ini. Kami tak harus bekerja untuk mendapatkannya,” lanjut Sapi lagi.



Bertambah bingung Kalkun mendengar uraian Sapi. “Maksud kamu, Petani memberikan padamu semua yang kamu inginkan?” tanyanya. “Tepat sekali!” kata Sapi. “Bahkan dia juga memberikan kami tempat tinggal,” tegas Sapi. Wah, bukan main syok-nya Elang dan Kalkun mendengar penuturan Sapi. Bagaimana tidak, selama ini mereka selalu bekerja keras demi makanan dan tempat bernaung.
Saat akan meninggalkan bumi, Kalkun dan Elang pun membicarakan apa yang telah dikatakan Sapi. “Mungkin kita harus tinggal di sini agar bisa mendapatkan semua makanan dan naungan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Lagi pula aku sudah lelah selalu bekerja keras untuk hidup,” kata Kalkun.


Mendengar penuturan Kalkun yang demikian, Elang pun goyah namun kemudia dia berujar, “Memang sulit dipercaya, bahwa ada yang bisa mendapatkan sesuatu tanpa membayar atau memberikan imbalan. Sebenarnya aku lebih suka terbang bebas mengarungi langit luas serta bekerja untuk mencari makanan. Bagiku itu tidaklah terlalu buruk justru merupakan tantangan yang menarik,” ujar Elang.
Akhirnya Kalkun memutuskan tinggal bersama Tuan Petani sementara Elang memilih untuk terbang bebas. Rupanya Elang lebih menyukai kemerdekaannya ketimbang menyerah begitu saja pada keadaan. Kalkun menikmati hari-harinya yang penuh dengan kemewahan. Tanpa perlu bekerja, dia melahap semua makanan yang disediakan Tuan Petani. Kalkun tumbuh menjadi hewan yang gemuk dan malas. Hingga tiba saatnya, Kalkun mendengar isteri Tuan Petani akan merayakan pernikahan puteri tunggalnya yang cantik. “Ah, alangkah indahnya jika ada hidangan seekor Kalkun panggang untuk makan malam saat pesta pernikahan anak kita,” ujar isteri Tuan Petani. Tubuh Kalkun bergetar kala mendengar perkataan isteri Tuan Petani.
Panik, Kalkun mulai mencari waktu untuk kabur dari kediaman Petani. Diam-diam dia mulai mengepakan sayapnya. Dia berusaha untuk terbang. Namun tubuhnya yang telah tumbuh membesar membuatnya sulit bergerak. Akhirnya, pada pesta pernikahan puterinya, Tuan Petani bersama keluarga dan sanak saudaranya berpesta pora menyantap panggang daging kalkun yang gemuk itu.
Begitulah, saat kita menyerah pada tantangan hidup dan mencari rasa aman dengan menyerahkan kemerdekaan kepada pihak lain, maka ketika segalanya berlalu dan tak ada lagi kesempatan, kita hanya dapat menyesali diri. Ingatlah selalu pada pepatah “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus!”
    

Sepiring Nasi Putih


 Suatu sore, ada seorang mahasiswa berjalan mondar-mandir di depan sebuah restoran. Saat pengunjung di restoran tersebut sudah agak sepi, dengan segan dan malu-malu, pemuda itu masuk ke dalamnya.
"Tolong sajikan saya sepiring nasi putih," kata si pemuda dengan kepala menunduk.
Sepasang suami-isteri muda pemilik restoran, memperhatikan pemuda yang hanya meminta sepiring nasi putih dan tidak memesan lauk apapun. Suami-isteri itupun menghidangkan sepiring nasi putih untuk si pemuda.
Ketika pemuda tersebut membayar nasi putih yang dipesannya, dia berkata dengan pelan, "Dapatkah menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?"
Isteri pemilik restoran berkata sambil tersenyum, "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sebelum habis makannya, pemuda ini berpikir: "Ah, kuah sayur gratis." Lalu memesan sepiring lagi nasi putih lagi.
"Sepiring tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak
lagi nasinya," ujar pasangan suami-isteri pemilik rumah makan itu sembari tersenyum ramah.
"Bukan, nasi putih yang ini akan saya bawa pulang, untuk bekal ke sekolah besok, lumayan untuk makan siang saya!"
Mendengar perkataan pemuda itu, suami-isteri pemilik restoran berpikir si pemuda ini tentu dari keluarga miskin dan demi menuntut ilmu datang ke kota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai di situ si suami pemilik restoran lalu menaruh sepotong daging dendeng dan sebutir telur yang disembunyikan di bawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut. Sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikannya kepada pemuda tersebut.
“Kenapa daging dendeng dan telur disembunyikan di bawah nasi?” Tanya sang isteri pemilik restoran. Suaminya berbisik, “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di atas nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung dan dia tidak akan datang lagi."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang, masih menjaga harga dirinya pula,” ujar si isteri.
Setiba di rumah, saat mengetahui apa yang ada di bawah nasi putih pesanannya, sepasang mata pemuda itu pun berkaca-kaca terharu. Sejak saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke restoran tersebut, dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari. Hingga pemuda ini menyelesaikan kuliahnya, selama 20 tahun si pemuda pun menghilang, tidak pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami-isteri pemilik restoran itu berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan surat bahwa tempat usaha mereka harus digusur.
Pada saat itu, masuk seorang pemuda tampan. "Apa kabar? Saya diperintahkan oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami. Tak perlu khawatir, perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian hanya perlu membawa koki, keuntungannya akan dibagi dua dengan perusahaan."
"Siapa direktur perusahaan kamu? Mengapa begitu baik terhadap kami?" Tanya suami-isteri itu dengan heran.
"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."
Ah, rupanya pemuda yang dahulu hanya memakan sepiring nasi putih ini akhirnya muncul dan sukses membangun kerajaan bisnisnya hingga menjadi seorang direktur yang sukses.
Sang direktur itu merasa kesuksesannya saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami-isteri tersebut. Jika mereka tidak membantunya, dia tidak mungkin dapat menyelesaikan kuliah dan menjadi sesukses sekarang. Begitulah, ada ubi ada talas. Ada budi, ada balas.

Wanita Cantik Ingin Menikah dengan Pria Kaya


  Anda wanita muda dan cantik yang ingin menikah dengan pria kaya…? Silakan simak kisah berikut. Kisah ini adalah kisah nyata yang pernah ada di majalah Fortune dengan judul “Young and pretty lady wishes to marry a rich guy”.
Suatu hari ada seorang wanita memposting sebuah pertanyaan melalui sebuah forum terkenal: Apakah yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya? Usiaku 25 tahun. Aku sangat cantik, bergaya dan memiliki selera yang tinggi. Aku berharap menikah dengan pria kaya yang berpenghasilan pertahun $ 500 ribu atau lebih. Anda mungkin akan berkata kalau aku termasuk perempuan materialistis, tapi kelompok berpenghasilan hingga $ 1 juta pun masih termasuk kelas menengah di New York. Permintaan aku tidak setinggi itu. Adakah pria di forum ini yang berpenghasilan $ 500 ribu per tahun? Apakah Anda semua telah menikah? Aku ingin bertanya apa yang harus aku lakukan untuk dapat menikah dengan orang-orang seperti Anda? Diantara pria yang telah berpacaran denganku, yang terkaya hanya berpenghasilan $ 250 ribu dan kelihatannya ini batas tertinggi yang pernah aku capai. Jika seseorang ingin pindah ke perumahan mewah di wilayah barat New York City Garden, penghasilan $ 250 ribu tentu tidak cukup.
Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan:
1. Dimanakah kebanyakan para pria kaya bertemu dan berkumpul? Mohon nama dan alamat bar, restoran dan gym yang sering dikunjungi.
2. Rentang usia berapakah yang dapat memenuhi kriteria aku?
4. Apa pertimbangan Anda dalam menentukan isteri dan siapakah yang bisa menjadi pacar Anda? Terus terang, tujuan aku sekarang adalah untuk menikah.

Terima kasih,
Gadis Jelita

Dan inilah jawaban dari seorang ahli keuangan dari Wall Street Financial: Dear Gadis Jelita, aaya membaca email Anda dengan sangat antusias. Saya yakin sebenarnya banyak gadis-gadis yang memiliki pertanyaan senada dengan Anda. Ijinkan saya untuk menganalisa situasi Anda dari sudut pandang investor profesional.
Penghasilan tahunan saya lebih dari $ 500 ribu yang tentu memenuhi kriteria Anda. Jadi, saya harap setiap orang percaya bahwa jawaban saya cukup kredibel dan tidak membuang waktu. Dari sudut pandang seorang pebisnis, menikah dengan Anda adalah keputusan yang buruk. Jawabannya sangat sederhana dan akan saya jelaskan. Kesampingkan dulu detil-detil yang Anda tanyakan. Sebenarnya apa yang ingin Anda lakukan adalah pertukaran antara "kecantikan" dan "uang".
Si A akan menyediakan kecantikan dan si B akan membayar untuk itu. Kelihatannya adil dan cukup wajar. Tapi ada permasalahan fatal di sini, kecantikan Anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas. Faktanya adalah penghasilan saya mungkin akan meningkat dari tahun ketahun.Tapi Anda tidak akan bertambah cantik tiap tahunnya. Karena itu dari sudut pandang ekonomi:
Saya adalah aset yang terapresiasi sedangkan Anda adalah aset yang terdepresiasi. Dan depresiasi yang Anda alami bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponensial. Jika hanya ini aset Anda, nilai Anda akan sangat mencemaskan 10 tahun kemudian. Istilah Wall Street, setiap perdagangan memiliki sebuah posisi! Berpacaran dengan Anda juga memiliki "posisi perdagangan" Jika nilai aset yang didagangkan menurun, maka kami akan menjualnya, bukan ide yang baik untuk mempertahankannya. Begitu juga dengan pernikahan yang Anda inginkan. Saya sangat kejam untuk berkata seperti ini, tapi untuk membuat keputusan bijak, aset yang menurun nilainya akan dijual atau disewa.
Pria dengan penghasilan $ 500 ribu tentu bukan orang bodoh. Kami akan berpacaran dengan Anda, tapi tidak akan menikahi Anda. Saran saya lupakan mencari petunjuk bagaimana cara menikahi pria kaya. Usahakan agar Anda dapat membuat diri Anda kaya dengan berpenghasilan $ 500 ribu, lebih berpeluang ketimbang mencari pria kaya yang bodoh. Semoga jawaban saya dapat membantu.

Tertanda,
JP Morgan